Rabu, 10 April 2013

KTI tentang GASTRITIS BAB I PENDAHULUAN


BAB I
PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang

        Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah penyakit saluran pencernaan seperti gastitis. Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, misalnya jika merasakan nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya dengan makan nasi, kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan cepat maka dapat menimbulkan perdarahan (hemorha gastritis) sehingga banyak darah yang keluar dan berkumpuldi lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan kematian (Harison, 2000:1550, dalam, Hastuti:2007).

Indonesia terus berupaya melakukan pembangunan Nasional, salah satunya dibidang kesehatan yaitu MDGs.  Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan Komitmen Indonesia kepada masyarakat global yang merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan global untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat ditunjukkan oleh paket berisi tujuan yang mempunyai batas waktu dan target terukur. Komitmen Indonesia mencapai MDGs adalah komitmen meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia (DKK Padang, 2011).
Permasalahan dalam sistem pencernaan tidak boleh diabaikan. Masalah pencernaan yang paling umum terutama maag pada remaja adalah penyakit meningkatknya asam lambung atau gastro-esophageal reflux, sebagian besar dikenal sebagai penyakit maag. Gangguan ini harus diberi perlakuan khusus karena dapat menimbulkan masalah yang lebih serius yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari guna untuk mendapatkan kebutuhan zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan setelah sakit, beraktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Apabila pola makan tidak sehat akan terjadi gangguan pola makan seperti timbulnya gastritis. Maka perlu diperhatikan frekuensi, waktu dan jenis makanan dan pada remeja yang paling rawan terserang penyakit ini  ( Erna:http://repository.unand.ac.id/id/eprint/18360 ).
Penyakit gastritis terjadi karena dua hal, yaitu gangguan fungsional dari lambung yang tidak baik dan terdapat gangguan struktur anatomi. Gangguan fungsional berhubungan dengan adanya gerakan dari lambung yang berkaitan dengan sistem saraf di lambung atau hal-hal yang bersifat psikologis. Gangguan suktur anatomi bisa berupa luka erosi atau juga tumor. Faktor kejiwaan atau stres juga terhadap timbulnya serangan ulang penyakit gastritis (Sukarmin, 2011).
Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita. Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk ( Kurnia, Rahmi:2011).

Sedangkan di Indonesia sudah pernah di lakukan penelitian kuman Helicobacter Pylori tetapi belum dalam skala besar pada pasien gastritis yang dapat menimbulkan ulkus lambung namun dari pemeriksaan yang dilakukan pada pasien gastritis sekitar 60-70% ditemukan kuman (Harison, 2000:1551, dalam Hastuti:2007).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang, pada tahun 2011 penyakit Gastritis  menduduki peringkat kedua dari 10 penyakit terbanyak, kasus Gastritis yaitu sebesar 21.606 kasus (DKK Padang, 2011).

Survei awal sudah dilakukan peneliti pada tanggal 12 Februari 2013. Di Madrasah Aliyah Negri 2 Padang. Setelah dilakukan wawancara dengan guru di UKS Madrasah Aliyah Negri 2 Padang. Ditemukan kelas XII sebanyak 375 orang, terdiri dari kelas IPA yang berjumlah 178 orang, IPS 136 orang, IAI 61 orang. Dari laporan UKS Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang, pada tahun 2012 terdapat 87 siswa kelas XI yang berkunjung ke UKS, dan ditemukan 43 orang siswa yang mengalami gangguan pencernaan. Sedangkan dari hasil wawancara dengan 5 orang siswa, 4 orang mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit gastritis dan cara perawatannya. Jika hal ini tidak di tindak lanjuti dengan baik akan berdampak negatif terhadap proses belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ Gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang penyakit gastrtis di MAN 2 Padang tahun 2013”.

1.2   Rumusan Masalah

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Bagaiman gambaran pengetahuan dan sikap siswa  tentang gastritis di MAN 2 Padang tahun 2013? “.





1.3   Tujuan Penelitian

1.3.1       Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa  tentang gastritis di Madrasah Aliyah Negri 2 Padang.
1.3.2       Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang pengertian gastritis
1.3.2.2 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang penyabab gastritis
1.3.2.3 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang tanda dan gejala gastritis
1.3.2.4 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang pencegahan gastritis
1.3.2.5 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang perawatan gastritis dirumah
1.3.2.6 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang pengobatan gastritis.

1.4   Manfaat Penelitian

1.4.1       Bagi peneliti
Sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh terutama riset keperawatan dan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan penulis dalam melakukan penelitian serta menambah wawasan tentang gastritis.
1.4.2       Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan perencanaan program usaha kesehatan sekolah, khususnya tentang penyakit gastritis.
1.4.3       Bagi Institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai data dasar bagi peneliti lainya yang ingin melanjutkan penelitian dengan lingkup yang sama.





1.5   Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2013 di MAN 2 Padang pada siswa kelas XII, penelitian ini hanya untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang penyakit gastritis di MAN 2 Padang dan metode yang digunakan adalah deskriptif, populasinya adalah semua siswa kelas XII yang berkunjung ke UKS. Dan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dimana semua siswa kelas XII yang berkunjung ke UKS akan dijadikan sampel.






















           BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Tinjaun Teoritis
2.1.1 Defenisi Gastritis
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan dalam saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung ( Sukarmin, 2012:147 ).
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Dan erosi itu sendiri adalahkerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis. Pada pemeriksaan mikroskopik menunjukan mukosa merah, erosi kecil dan perdarahan (Doengus, 2008).
Gastritis kronik merupakan peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahan dan ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopalogi biopsi mukosa lambung. Dan ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar disertai dengan kehilangan chief cell. Akibat produksi asam klorida pepsin dan faktor intrinsik menurun, dinding lambung menjadi tipis sehingga fungsi sebagai absorbsi menurun       ( Mansjoer, 2001:493 ).
2.1.2 Etiologi
2.1.2.1. Pemakaian obat NSAIDS ( Non Steroid Anti Inflamasi Drugs )
Pemakaian obat anti inflamasi non steroid seperti aspirin, asam mefenamat, aspilet dalam jumlah besar. Obat antiinflamasi non steroid dapat memicu kenaikan produksi asam lambung yang berlebihan sehingga mengiritasi mukosa lambung karena terjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel lambung. Selain itu jenis obat ini dapat mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa karena dapat bersifat iritatif dan siftnya yang asam dapat menambah derajat keasaman pada lambung.
2.1.2.2 Konsumsi alkohol berlebihan
Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar pada mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
2.1.2.3 Faktor makanan
Pola kebiasaan makan yang tidak teratur, kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman seperti cuka, cabe, asam, kopi, alkohol,porsi makan terlalu banyak dan sering terlambat makan.karena tidak ada makanan yang masuk
2.1.2.4 Rokok
Asam nikotin pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai darah ke lambung mengalami penurunan. Penurunan ini dapat berdampak pada penurunan produksi mukus yang salah satu fungsinya untuk melindungi lambung dari iritasi. Selain itu CO yang dihasilkan oleh rokok lebih mudah di ikat oleh Hb daripada O2 sehingga memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada lambung. Kejadian gastritis pada perokok juga dapat di picu oleh pengaruh asam nikotinatyang menurunkan rangsangan pada pusat makan, perokok menjadi tahan lapar sehingga asam lambung dapat langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak ada makanan yang masuk.
2.1.2.5 Pemberian obat kemoterapi
Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar meruak sel yang pertumbuhannya abnormal, perusakan ini ternyata dapat juga mengenai sel inang pada tubuh manusia. Pemberian kemoterapi dapat juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa lambung.
2.1.2.6 Stres
Stres psikologi akan meningkatkan aktifitas saraf simpatik yang dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung. Peningkatan hcl dapat di rangsang oleh mediator kimia yang dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti epinefrin.
2.1.2.7 Infeksi sistemik
Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh mikroba akan merangsang peningkatan laju metabolik yang berdampak pada peningkatan aktifitas lambung dalam mencerna makanan. Peningkatan HCL lambung dalam kondisi seperti ini dapat memicu timbulnya perlukaan pada lambung.
2.1.2.8 Iskemia dan syok
Kondisi iskemia dam syok hipovolemia mengancam mukosa lambung karena penurunan perfusi jaringan lambung yang dapat mengakibatkan nekrosis lapisan lambung.
2.1.2.9 Trauma mekanik
Trauma mekanik yang mengenai daerah abdomen seperti benturan saat kecelakaan yang cukup kuat juga dapat menjadi penyebab ganggguan keutuhan jaringan lambung. Kadang kerusakan tidak sebatas mukosa, tetapi juga jaringan otot dan pembukuh darah lambung sehingga pasien dapat mengalami perdarahan yang hebat. Trauma juga bisa disebabkan tertelanyabenda asing yang keras dan sulit dicerna.
2.1.2.10 Infeksi mikroorganisme
Koloni bakteri yang menghasilkan toksikdapat merangsang pelepasan gastrin dan peningkatan sekresi asam lambung.
2.1.3. Manifestasi klinik
2.1.3.1 Gastritis Akut
2.1.3.1.1 Hematemesis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah
2.1.3.1.2 Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan itu misalnya nyeri timbul pada ulu hati.
2.1.3.1.3 Mual-mual dan muntah.
2.1.3.1.4 Perdarahan saluran cerna.
2.1.3.1.5 Pada kasus yang amat ringan perdarahan ber-manifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan di jumpai tanda-tanda anemia defesiensi dengan etiologa yang tidak jelas.
2.1.3.1.6 Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga tanda dan gejala gangguan hemodinamika yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, sampai gangguan kesadaran.
2.1.3.2 Gastritis Kronis
2.1.3.2.1 Gejalanya bervariasi antara satu orang dengan yang lain dan kadang tidak jelas.
2.1.3.2.2 Perasaan penuh, anoreksia.
Perasaan cepat penuh diakibatkan sekresi yang berlebihan pada lambung ketika ada makanan yang masuk. Sehingga kapasitas makanan menjadi menurun karena sebagian besar telah diisi mukus dan cairan hasil sekresi.


2.1.3.2.3 Distres epigastrik yang tidak nyata.
Distres epigastrik yang tidak nyata sering berkaitan dengan perasaan gaster seperti penuh kalau dilakukan pengecekan secara detail lambung tidak mengalami peningkatan intralumennya. Respon ini terkait dengan adaptasi psikologi yang berlangsung lama, jadi penderita seolah-olah terbawa emosi lambung terasa penuh.
2.1.3.2.4 Cepat kenyang
Penjelasan mengenai cepat kenyang prosesnya seperti lambung terasa cepat penuh (Sukarmin, 2012).      
2.1.4 Cara Perawatan Gastritis Dirumah
2.1.4.1 Makan dengan perlahan-lahan, usahakan makanan dalam bentuk lunak dan hangat. Kurangi makanan yang berbumbu pedas, bergas seperti kol, nangka dan lain-lain.
2.1.4.2 Bila selesai makan, beristirahatlah sebentar, berilah lambung anda waktu untuk menurunkan atau mengurangi rasa nyeri.
2.1.4.3 Pada penderita gastritis disarankan jangan terlalu banyak berfikir untuk menghindari stress, faktor stres ini dihindari secepat mungkin tanpa obat seperti meditasi atau menekuni hobi.
2.1.5 Terapi Pengobatan Medis Penyakit Gastritis.
Secara medis obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengatasi gejala sakit lambung adalah antasid, karena antasid dirancang untuk membantu melawan pengaruh merusak yang begitu kuat dari asam hidroklorida yang diproduksi di dalam lambung. Antasid, seperti halnya obat-obat yang lainnya, dapat menimbulkan efek samping.


Antasida yang berisi aluminium dan magnesium dan karbonat kalsium dan magnesium. Dengan pemberian antasid tadi maka suasana asam dalam lambung dapat dikurangi. Obat-obat ini dapat menghasilkan efek samping seperti diare atau sembelit karena dapat mempengaruhi penurunan rangsangan peristaltik usus.
Obat-obat untuk gastritis umumnya dimakan 2jam sebelum dan sesudah makan. Adapun tujuan obat tersebut di minum 2 jam sebelum makan adalah untuk menetralisir asam lambung karena pada saat tersebut penumpukan asam di dalam lambung sudah cukup banyak dan pada orang yang menderita maag di dalam lambungnya telah terjadi luka-luka kecil di dinding lambung yang apabila terkena asam dalam jumlah yang cukup banyak akan menimbulkan keluhan perih sedangkan obat yang diminum 2 jam sesudah makan bertujuan untuk melindungi dinding lambung dari asam yang terus diproduksi. Selama 2 jam sesudah makan asam yang ada di lambung akan terpakai untuk mencerna makanan shingga ternetralisir dan tidak melukai dinding lambung namun setelah 2 jam lambung akan segera kembali memproduksi asam padahal makanan yang telah di cerna lambung sudah mulai kosong dam masuk ke usus (Hendra // www.Sehat-Bugar.com).
2.1.6 Cara Pencegahan Penyakit Medis Gastritis.
2.1.6.1 Biasakan makan secara teratur dan sesuai jadwal, makanlah dengan tenang dan tidak terburu-buru, jangan makan makanan yang terlalu panas atau dingin karena dapat menimbulkan rangsangan pada lambung, mengkonsumsi makanan yang mudah di cerna, jangan biarkan lambung kosong terlalu lama dan jangan makan berlebihan, kurangi makanan yang pedas dan asam seperti acar, kari lada, kafein dan makanan yang dapat merangsang sekresi lambung seperti kangkung, kol dan nangka.
2.1.6.2 Hindari Rokok
Ada banyak sekali metode yang biasa dipakai untuk mendorong perokok agar dapatmenghilangkan kebiasaan itu. Misalnya buatlah catatan harian untuk mengetahui berapa banyak uang yang anda habiskan untuk membeli sebuah rokok sehingga kita atau pengeluaran sehari-hari. Yakinkanlah diri anda untuk dapat berhenti merokok.
2.1.6.3 Hindarilah minum minuman yang berakohol, kopi, teh kental.
2.1.6.4 Berolah Raga teratur.
2.1.6.5 Kendalikan stress dam emosi dengan baik. Stres dan ketegangan kini menjadi suatu bagian integral dari kehidupan agar dapat mengatasi secara efektif, harus mahami ambisi, rasa takut dan kecemasan. Suatu kesadaran pribadi akan membuat anda mempunyai bekal yang jauh lebih untuk menghadapi perubahan dan stres.
2.1.6.6 Pola tidur yang teratur dan usahakan dapat beristirahat yang cukup, pada malam hari usahakan dapat tidur minimal 8 jam dan siang hari dapat beristirahat dengan rilek selama 1 jam.
2.1.6.7 Mengkonsumsi obat sakit maag yang biasanya bersifat antasid yang dimana dapat menurunkan keasaman cairan dilambung dengan cara menaikan Ph, sehingga untuk sementara gejala sakit akan hiang. Namun kesembuhan tersebut bersifat sementara karena lambung masih lemah akibat erosi, serta belum seimbangnya produksi kelenjar-kelenjar lambung.
2.1.6.8 Dianjurkan minum susu, karena selain bisa menetralkan asam lambung yang berlebihan, susu juga banyak mengandung protein dan kalsium yang sangat berguna dalam pergantian sel-sel jaringan tubuh.
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia Remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Remaja menurut BKKBN adalah penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut WHO adalah penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 15- 24 tahun ( BKKBN, 2003).

2.2.2 Pola Makan dan Batasan Remaja
Remaja juga merupakan kelompok yang rentan terhadap pengaruh lingkungan, dapat mempengaruhi gaya hidup remaja termasuk kebiasaan mengkonsumsi makanan.

Studi terakhir di Amerika Serikat memperlihatkan setengah dari remaja wanita memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat. Misalnya, tidak makan seharian, makan hanya sedikit, menggunakan makanan pengganti (makanan cair atau minuman pengganti makanan), dan melewatkan sedikitnya satu kali waktu makan. Selain itu, mereka juga merokok dengan tujuan memertahankan berat badan. Pada remaja pria, persentasenya lebih rendah, yaitu satu banding tiga. Pola makan dan kebiasaan buruk ini, menurut ahli, akan terus berlanjut hingga mereka dewasa nanti (kompas.com).
Remaja paling sering menjadi korban makanan tidak sehat seperti minuman bersoda, junk food atau makanan berpengawet lainnya. Dan bila saat remaja tidak dikontrol dengan baik, kebiasaan makan tersebut bisa bertahan hingga dewasa.
Sebuah studi baru menemukan bahwa pola diet dan praktik makan tidak sehat yang dimulai sejak masa remaja sering terus berlanjut hingga usia dewasa. Hal ini berarti anak harus selalu diajarkan makanan sehat terutama memasuki usia remaja.
Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa upaya awal dan berkelanjutan ditujukan untuk pencegahan, identifikasi dini dan pengobatan perilaku makan teratur pada orang muda (Medinda:2011).
Batasan remaja menurut WHO: Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati sebagai berikut:
2.2.2.1  Masa remaja awal /dini (Early adolescence) umur 11-13 tahun.
2.2.2.2  Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14 -16 tahun.
2.2.2.3  Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-20 tahun.


2.2.3 Menurut ciri perkembangannya masa remaja dibagi menjadi tiga periode:

2.2.3.1  Masa Remaja Awal ( 10-12 tahun), Ciri khasnya
:
2.2.3.1.1  Lebih dekat dengan teman sebaya.
2.2.3.1.2  Ingin Bebas
2.2.3.1.3  Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.
2.2.3.2  Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), ciri khasnya :
2.2.3.2.1 Mencari identitas diri.
2.2.3.2.2 Timbulnya keinginan untuk kencan.
2.2.3.2.3 Punya rasa cinta yang mendalam
2.2.3.2.4 Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
2.2.3.2.5 Berkhayal tentang aktivitas seks.
2.2.3.3 Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), ciri khasnya :
2.2.3.3.1 Pengungkapan kebebasan diri.
2.2.3.3.2 Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.
2.2.3.3.3 Punya citra jasmani diri.
2.2.3.4. Dapat mewujudkan rasa cinta.
2.2.3.5  Mampu berfikir abstrak.
(BKKBN, 2003)



2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahudan ini terjadi setelah orang telah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra menusia yakni indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besarpengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu                 ( Notoadmodjo, 2010) :
2.3.2.1 Tahu ( know )
Tahu di artikan sebagai mengingat materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifikdari bahan yang di pelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2.3.2.2 Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham contohnya adalah menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
2.3.2.3 Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi ( sebenarnya ). Aplikasi ini dapat di artikan aplikasi atau penggunaan hukuk-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.
2.3.2.4 Analisa ( Analsis )
Analisi adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebutdan masih ada kaitanya satu sama lainnya. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerjaseperti dapat menggambarkan ( membuat bagan ).
2.3.2.5 Sintesis ( Synthesis )
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang adamisalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas dan menyesuaikan terhadap teori atau rumus yang ada.
2.3.2.6 Evaluasi ( Evaluasi )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat di lakukuan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur, dapat kita sesuaiakn dengan singkatan tersebut diatas.






2.3.3 Penilaian pengetahuan
Pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner. Pada pertanyaan positif jawaban ya di beri nilai 1 dan jawaban tidak  diberi  nilai 0. Pada pertanyaan negatif setiap jawaban ya diberi nilai 0 dan jawaban yang tidak diberi nilai 1
 Mean =
Keterangan:
Mean       = rata-rata hitung sampel
Xi             =  nilai dalam suatu sampel
n = Jumlah sampel
Kategori :
Tinggi : ≥ Mean
Rendah : < Mean






2.4  Sikap
2.4.1 Pengertian Sikap
 Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapatdan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Notoadmodjo, 2010).
Sikap  merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesesorang terhadap suatu stimulus atau objek.(Notoadmodjo, 2007: 142).
Komponen pokok sikap :
Menurut allport dalam Notoadmodjo 2010, sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :
2.4.1.1  Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran sesorang terhadap objek.
2.4.1.2  Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaiman penilaian orang tersebut terhadap objek.
2.4.1.3  Kecendrungan untuk bertindak, artinya sikap adalah merupakan komponenm yang mendahului tindakan atau prilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berprilaku terbuka.
2.4.2. Tingkat Sikap
Seperti halnay pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :


2.4.2.1  Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
2.4.2.2 Menanggapi (responding)
Menggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
2.4.2.3 Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
2.4.2.4  Bertanggung jawab (responsibel)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya,dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya resiko lain.
2.4.3 Pengukuran Sikap
Sikap diukur dengan skala likert. Jawaban setiap pertanyaan positif mempunyai gradasi : Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, setuju (S) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1, sedangkan untuk pertanytaan negatif mempunyai gradasi : Sangat setuju (SS) diberi nilai, setuju (S) diberi nilai 2, tidak setuju (TS) diberi niali 3, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 4.
Hasil Perhitungan persentase dimasukkan dalam kriteria standar objektif yaitu berdasarkan teori dari setiap aspek dan kriteria
T = 50 + 10
Keterangan:
T= Skor sikap responden
X=Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
X̅= Mean skor kelompok
S= Deviasi standar skor kelompok
Setelah dijumlahkan skor masing-masing responden akan dibagi menjadi 2 kategori :
Positif             : Skor  T ≥ Mean
Negatif                        :  Skor  T < Mean







2.5 Alur Fikir
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan dalam saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung ( Sukarmin, 2012:147 ).
Berdasarkan urain diatas, kita perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang gastritis yang meliputi pengertian, faktor pencetus, tanda dan gejala, pencegahan, penatalaksanaan, dan komplikasi gastritis. Dengan pengetahuan yang baik maka diharapkan siswa dapat melakukan tindakan pencegahan dan perawatan gastritis. Dilihat dari kerangka teori maka peneliti membatasi penelitian ini sebatas  menggambarkan pengetahuan dan sikap siswa tentang penyakit gastritis dengan alur fikir :


Tinggi
           

Siswa kelas XII

Pengtahuann

Sikap

Sedang 

Rendah

Positif

Negatif
 












2.6 Defenisi Operasional
No
Variabel
Defenisi Operasinal
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
1
Pengetahuan







·       Pengertian



















·       Penyebab


Segala sesuatu yang dipahami oleh siswa tentang gastritis, meliputi:




Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan dalam saluran pencernaan.

Yang menjadi penyebab gastritis adalah pola makan yang tidak teratur, mengkonsumsi rokok dan alkohol serta stres yang berlebihan.
Angket







Angket



















Angket
Kursioner







Kursioner



















Kursioner
Ordinal







Ordinal



















Ordinal
Tinggi :
≥  mean

Rendah :
<  mean



Tinggi :
≥  mean

Rendah :
<  mean















Tinggi :
≥  mean

Rendah :
<  mean






·       Tanda dan gejala







·       Perawatan


















·       Pengobatan

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit gastris adalah mual, muntah, perut kembung, nafsu makan menurun, susah tidur.

Cara perawatan gastritis di rumah adalah dengan makan teratur, tidak makan makanan pedas atau mengendung bumbu, jika merasakan nyeri segera berikan kompres hangat dan bila selesai makan hendaklah istirahat terlebih dahulu, janganlah terlalu banyak berfikir.

Untuk mengatasi gejala sakit gastritis sebaiknya menggunakan obat yang bersifat antasid minum pada waktu sebelum dan sesudah makan.

Angket








Angket


















Angket 

Kursioner








Kursioner


















Kursioner

Ordinal








Ordinal


















Ordinal

Tinggi :
≥  mean

Rendah :
<  mean



Tinggi :
≥  mean

Rendah :
<  mean













Tinggi :
≥  mean

 Rendah :
<  mean

















2






















·     Pencegahan













Sikap


Biasakan makan secara teratur dan terjadwal, hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi, teh kental dan berolah raga secara teratur, kendalikan stres dan emosi biasakan istirahat yang teratur.


Respon siswa Madrasah Aliyah Negri 2 Padang terhadap penyakit gastritis


Angket




















Angket


Kursioner




















Kursioner  


Ordinal




















Ordinal



Tinggi :
≥  mean

Rendah :
<  mean












Positif apabila skore T ≥ mean

Negatif  apabila skore T  < mean

 BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu memaparkan secara sederhana keadaan objek untuk mendapatkan gambaran pengetahuan dan sikap siswa gastritis tentang penyakit gastritis di Madrasah Aliyah Negri 2 Padang pada tahun 2013.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Madrasah Aliyah Negri 2 Padang. Penelitian ini direncanakan dari bulan Maret - Juni 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti (Notoatmojo, 1993:75, dalam Setiadi, 2007). Populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti (Setiadi, 2007).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII MAN 2 Padang yang pernah mengalami gangguan pencernaan yaitu sebanyak 43 orang.

3.3.2 Sampel
Sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (Setiadi, 2007).
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo,1993:75, dalam Setiadi, 2007).
Sampel dalam penelitian ini merupakan keseluruhan dari populasi yang akan diambil yaitu yang pernah mengalami gangguan pencernaan pada kelas XII sebanyak 43 orang.
3.3.2.1 Besar Sampel
Besarnya sampel pada penelitia ini adalah 43 orang siswa.
3.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini total sampling. Dimana semua populasi dijadikan sampel.
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan responden dan diberi penjelasan tentang persetujuan responden,setiap responden berhak menjadi responden,kemudian kuisioner dibagikan pada masing-masing responden dan diisi langsung ditempat.
3.4.2 Jenis Pengumpulan Data
3.4.2.1 Data Primer
Data primer meliputi pengetahuan dan sikap tentang penyakit gastritis  yang diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa kuersioner yang disesuaikan dengan kebutuhan responden yang diteliti dengan .
a.      Menjelaskan tentang penelitian dan tujuan penelitian
b.     Menjelaskan tentang format persetujuan responden
c.      Angket diberikan kepada responden untuk dipelajari terlebih dahulu, apabila sudah mengerti responden dipersilahkan mengisinya.
d.     Setelah selesai, angket dikumpulkan kembali kepada peneliti.

3.4.2.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh peneliti dari kepala sekolah, guru, staf pengajar yang ada di MAN 2 Padang dan siswa yang bermasalah dengan lambung.
3.5 Teknik Pengolahan Data
Data diperiksa setelah diisi dengan benar dan semua item sudah dijawab oleh responden. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut (Setiadi, 2007) :
a)     Editting / memeriksa
Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden.
Setelah kuisioner diisi dan dikembalikan oleh responden, langsung dilakukan pemeriksaan kembali untuk melihat apakah tidak ada kesalahan dalam pengisian kursioner.
b)     Memberi tanda kode / koding
Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori, yang biasanya klasifikasi dilakukan dengan memberi kode pada masing-masing jawaban.
c)     Entry data
Jawaban yang sudah diberi kode kemudian dimasukan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.

d)     Cleaning
Pembersihan data, lihat variabel apakah syudah benar atau belum.

3.6 Analisa Data
Data yang telah disajikan dalam bentuk tabel kemudian di analisa dan diklasifikasikan dalam beberapa kelompok menurut variabel penelitian. Pengolahan data hasil penelitian menggunakan kategori yang telah ditentukan. Dimana untuk skor setiap kuesioner jawaban yang benar diberi 2, nilai 1 untuk jawaban yang mendekati benar dan jawaban yang salah 0.
Analisa data dilakukan secara univariat. Analisis univariat dilakukan pada masing-masing variable tingkat pengetahuan dan sikap menggunakan statistic deskriptif yaitu distribusi frekuensi.
            Untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean), digunakan rumus

(Aziz, 2007)


Keterangan :  
            ( )       : Nilai rata-rata
            ∑Xi      : Nilai dalam suatu sampel
            n          : Total banyaknya pengamatan dalam satu sampel


            Untuk menilai responden pada masing-masing variabel adalah :
a.      Variabel Pengetahuan
Pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner. Pada pertanyaan positif jawaban ya di beri nilai 1 dan jawaban tidak  diberi  nilai 0. Pada pertanyaan negatif setiap jawaban ya diberi nilai 0 dan jawaban yang tidak diberi nilai 1 (Aziz,2007).
Mean =
Keterangan:
Mean       = rata-rata hitung sampel
Xi             =  nilai dalam suatu sampel
n           = Jumlah sampel

Kategori
Tinggi          : ≥ Mean
Rendah        : < Mean

b.     Variabel Sikap
diukur dengan skala likert. Jawaban setiap pertanyaan positif mempunyai gradasi : Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, setuju (S) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1, sedangkan untuk pertanytaan negatif mempunyai gradasi : Sangat setuju (SS) diberi nilai, setuju (S) diberi nilai 2, tidak setuju (TS) diberi niali 3, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 4.
Hasil Perhitungan persentase dimasukkan dalam kriteria standar objektif       yaitu berdasarkan teori dari setiap aspek dan kriteria
T = 50 + 10
Keterangan:
T= Skor sikap responden
X=Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
= Mean skor kelompok
S= Deviasi standar skor kelompok
Setelah dijumlahkan skor masing-masing responden akan dibagi menjadi 2 kategori :
Positif             : Skor  T Mean
Negatif                        :  Skor  T < Mean