BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan yang kita
hadapi sekarang ini adalah penyakit saluran pencernaan seperti gastitis.
Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu
penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, misalnya jika
merasakan nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya dengan makan nasi,
kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan
cepat maka dapat menimbulkan perdarahan (hemorha gastritis) sehingga banyak
darah yang keluar dan berkumpuldi lambung, selain itu juga dapat menimbulkan
tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan kematian (Harison,
2000:1550, dalam, Hastuti:2007).
Indonesia
terus berupaya melakukan pembangunan Nasional, salah satunya dibidang kesehatan
yaitu MDGs. Komitmen Negara terhadap
rakyat Indonesia dan Komitmen Indonesia kepada masyarakat global yang merupakan
suatu kesepakatan dan kemitraan global untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat
ditunjukkan oleh paket berisi tujuan yang mempunyai batas waktu dan target
terukur. Komitmen Indonesia mencapai MDGs adalah komitmen meningkatkan
kesejahteraan rakyat Indonesia (DKK
Padang,
2011).
Permasalahan dalam sistem pencernaan tidak boleh diabaikan. Masalah
pencernaan yang paling umum terutama maag pada remaja adalah penyakit
meningkatknya asam lambung atau gastro-esophageal reflux, sebagian besar
dikenal sebagai penyakit maag. Gangguan ini harus diberi perlakuan khusus
karena dapat menimbulkan masalah yang lebih serius yang dapat mempengaruhi sistem
pernapasan. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran dan
jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari guna untuk mendapatkan kebutuhan
zat gizi yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan setelah sakit,
beraktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Apabila pola makan tidak sehat akan
terjadi gangguan pola makan seperti timbulnya gastritis. Maka perlu
diperhatikan frekuensi, waktu dan jenis makanan dan pada remeja yang paling
rawan terserang penyakit ini ( Erna:http://repository.unand.ac.id/id/eprint/18360
).
Penyakit gastritis terjadi karena dua hal, yaitu gangguan fungsional dari
lambung yang tidak baik dan terdapat gangguan struktur anatomi. Gangguan
fungsional berhubungan dengan adanya gerakan dari lambung yang berkaitan dengan
sistem saraf di lambung atau hal-hal yang bersifat psikologis. Gangguan suktur
anatomi bisa berupa luka erosi atau juga tumor. Faktor kejiwaan atau stres juga
terhadap timbulnya serangan ulang penyakit gastritis (Sukarmin, 2011).
Badan
penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara
dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia,
diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis
29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk
setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635
dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi
melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara
substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan
bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh
namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita.
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%.
Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk ( Kurnia, Rahmi:2011).
Sedangkan
di Indonesia sudah pernah di lakukan penelitian kuman Helicobacter Pylori
tetapi belum dalam skala besar pada pasien gastritis yang dapat menimbulkan
ulkus lambung namun dari pemeriksaan yang dilakukan pada pasien gastritis sekitar
60-70% ditemukan kuman (Harison, 2000:1551, dalam Hastuti:2007).
Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kota Padang, pada tahun 2011 penyakit Gastritis menduduki peringkat kedua dari 10 penyakit
terbanyak, kasus Gastritis yaitu sebesar 21.606 kasus (DKK Padang, 2011).
Survei
awal sudah dilakukan peneliti pada tanggal 12 Februari 2013. Di Madrasah Aliyah
Negri 2 Padang. Setelah dilakukan wawancara dengan guru di UKS Madrasah Aliyah Negri
2 Padang. Ditemukan kelas XII sebanyak 375 orang, terdiri dari kelas IPA yang
berjumlah 178 orang, IPS 136 orang, IAI 61 orang. Dari laporan UKS Madrasah Aliyah
Negeri 2 Padang, pada tahun 2012 terdapat 87 siswa kelas XI yang berkunjung ke
UKS, dan ditemukan 43 orang siswa yang mengalami gangguan pencernaan. Sedangkan
dari hasil wawancara dengan 5 orang siswa, 4 orang mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakit gastritis dan cara perawatannya. Jika hal ini tidak di tindak
lanjuti dengan baik akan berdampak negatif terhadap proses belajar siswa di Madrasah
Aliyah Negeri 2 Padang.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang dijelaskan
diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ Gambaran
pengetahuan dan sikap siswa tentang penyakit gastrtis di MAN 2 Padang tahun
2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Bagaiman gambaran
pengetahuan dan sikap siswa tentang
gastritis di MAN 2 Padang tahun 2013? “.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan
Umum
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang gastritis di Madrasah Aliyah Negri 2
Padang.
1.3.2 Tujuan
Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya tingkat
pengetahuan siswa tentang pengertian gastritis
1.3.2.2 Diketahuinya tingkat
pengetahuan siswa tentang penyabab gastritis
1.3.2.3
Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang tanda dan gejala gastritis
1.3.2.4
Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang pencegahan gastritis
1.3.2.5
Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang perawatan gastritis dirumah
1.3.2.6
Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang pengobatan gastritis.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi
peneliti
Sebagai
aplikasi ilmu yang diperoleh terutama riset keperawatan dan dapat menambah
pengetahuan dan keterampilan penulis dalam melakukan penelitian serta menambah
wawasan tentang gastritis.
1.4.2 Bagi
Tempat Penelitian
Sebagai
bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan perencanaan program usaha
kesehatan sekolah, khususnya tentang penyakit gastritis.
1.4.3 Bagi
Institusi
Hasil
penelitian diharapkan dapat sebagai data dasar bagi peneliti lainya yang ingin
melanjutkan penelitian dengan lingkup yang sama.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian
ini dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2013 di MAN 2 Padang
pada siswa kelas XII, penelitian ini hanya untuk mengetahui gambaran
pengetahuan dan sikap siswa tentang penyakit gastritis di MAN 2 Padang dan
metode yang digunakan adalah deskriptif, populasinya adalah semua siswa kelas
XII yang berkunjung ke UKS. Dan teknik pengambilan sampel menggunakan total
sampling dimana semua siswa kelas XII yang berkunjung ke UKS akan dijadikan
sampel.
BAB II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
2.1 Tinjaun Teoritis
2.1.1 Defenisi Gastritis
Gastritis
merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat
mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan dalam saluran
pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada
lambung ( Sukarmin, 2012:147 ).
Gastritis
akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi. Dan erosi itu sendiri adalahkerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis. Pada pemeriksaan mikroskopik
menunjukan mukosa merah, erosi kecil dan perdarahan (Doengus, 2008).
Gastritis
kronik merupakan peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahan dan
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopalogi biopsi mukosa lambung. Dan
ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar disertai dengan kehilangan
chief cell. Akibat produksi asam klorida pepsin dan faktor intrinsik menurun,
dinding lambung menjadi tipis sehingga fungsi sebagai absorbsi menurun ( Mansjoer, 2001:493 ).
2.1.2 Etiologi
2.1.2.1.
Pemakaian obat NSAIDS ( Non Steroid Anti
Inflamasi Drugs )
Pemakaian obat anti inflamasi non
steroid seperti aspirin, asam mefenamat, aspilet dalam jumlah besar. Obat
antiinflamasi non steroid dapat memicu kenaikan produksi asam lambung yang
berlebihan sehingga mengiritasi mukosa lambung karena terjadinya difusi balik
ion hidrogen ke epitel lambung. Selain itu jenis obat ini dapat mengakibatkan
kerusakan langsung pada epitel mukosa karena dapat bersifat iritatif dan
siftnya yang asam dapat menambah derajat keasaman pada lambung.
2.1.2.2
Konsumsi alkohol berlebihan
Bahan etanol merupakan salah satu bahan
yang dapat merusak sawar pada mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan
terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
2.1.2.3
Faktor makanan
Pola kebiasaan makan yang tidak teratur,
kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman seperti cuka, cabe, asam, kopi,
alkohol,porsi makan terlalu banyak dan sering terlambat makan.karena tidak ada
makanan yang masuk
2.1.2.4
Rokok
Asam nikotin pada rokok dapat
meningkatkan adhesi thrombus yang berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah
sehingga suplai darah ke lambung mengalami penurunan. Penurunan ini dapat
berdampak pada penurunan produksi mukus yang salah satu fungsinya untuk
melindungi lambung dari iritasi. Selain itu CO yang dihasilkan oleh rokok lebih
mudah di ikat oleh Hb daripada O2 sehingga memungkinkan penurunan perfusi
jaringan pada lambung. Kejadian gastritis pada perokok juga dapat di picu oleh
pengaruh asam nikotinatyang menurunkan rangsangan pada pusat makan, perokok
menjadi tahan lapar sehingga asam lambung dapat langsung mencerna mukosa
lambung bukan makanan karena tidak ada makanan yang masuk.
2.1.2.5
Pemberian obat kemoterapi
Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar
meruak sel yang pertumbuhannya abnormal, perusakan ini ternyata dapat juga
mengenai sel inang pada tubuh manusia. Pemberian kemoterapi dapat juga
mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa lambung.
2.1.2.6
Stres
Stres psikologi akan meningkatkan
aktifitas saraf simpatik yang dapat merangsang peningkatan produksi asam
lambung. Peningkatan hcl dapat di rangsang oleh mediator kimia yang dikeluarkan
oleh neuron simpatik seperti epinefrin.
2.1.2.7
Infeksi sistemik
Pada infeksi sistemik toksik yang
dihasilkan oleh mikroba akan merangsang peningkatan laju metabolik yang
berdampak pada peningkatan aktifitas lambung dalam mencerna makanan.
Peningkatan HCL lambung dalam kondisi seperti ini dapat memicu timbulnya
perlukaan pada lambung.
2.1.2.8
Iskemia dan syok
Kondisi iskemia dam syok hipovolemia
mengancam mukosa lambung karena penurunan perfusi jaringan lambung yang dapat
mengakibatkan nekrosis lapisan lambung.
2.1.2.9
Trauma mekanik
Trauma mekanik yang mengenai daerah
abdomen seperti benturan saat kecelakaan yang cukup kuat juga dapat menjadi
penyebab ganggguan keutuhan jaringan lambung. Kadang kerusakan tidak sebatas
mukosa, tetapi juga jaringan otot dan pembukuh darah lambung sehingga pasien
dapat mengalami perdarahan yang hebat. Trauma juga bisa disebabkan
tertelanyabenda asing yang keras dan sulit dicerna.
2.1.2.10
Infeksi mikroorganisme
Koloni bakteri yang menghasilkan
toksikdapat merangsang pelepasan gastrin dan peningkatan sekresi asam lambung.
2.1.3. Manifestasi klinik
2.1.3.1
Gastritis Akut
2.1.3.1.1 Hematemesis dan melena yang
dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah
2.1.3.1.2 Pada sebagian besar kasus,
gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan itu misalnya nyeri timbul
pada ulu hati.
2.1.3.1.3 Mual-mual dan muntah.
2.1.3.1.4 Perdarahan saluran cerna.
2.1.3.1.5 Pada kasus yang amat ringan
perdarahan ber-manifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan
di jumpai tanda-tanda anemia defesiensi dengan etiologa yang tidak jelas.
2.1.3.1.6 Pada pemeriksaan fisis
biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang
hebat sehingga tanda dan gejala gangguan hemodinamika yang nyata seperti
hipotensi, pucat, keringat dingin, sampai gangguan kesadaran.
2.1.3.2 Gastritis Kronis
2.1.3.2.1 Gejalanya bervariasi antara
satu orang dengan yang lain dan kadang tidak jelas.
2.1.3.2.2 Perasaan penuh, anoreksia.
Perasaan cepat penuh diakibatkan sekresi
yang berlebihan pada lambung ketika ada makanan yang masuk. Sehingga kapasitas
makanan menjadi menurun karena sebagian besar telah diisi mukus dan cairan
hasil sekresi.
2.1.3.2.3
Distres epigastrik yang tidak nyata.
Distres epigastrik yang tidak nyata
sering berkaitan dengan perasaan gaster seperti penuh kalau dilakukan pengecekan
secara detail lambung tidak mengalami peningkatan intralumennya. Respon ini
terkait dengan adaptasi psikologi yang berlangsung lama, jadi penderita
seolah-olah terbawa emosi lambung terasa penuh.
2.1.3.2.4 Cepat kenyang
Penjelasan
mengenai cepat kenyang prosesnya seperti lambung terasa cepat penuh (Sukarmin,
2012).
2.1.4 Cara Perawatan Gastritis
Dirumah
2.1.4.1 Makan dengan perlahan-lahan,
usahakan makanan dalam bentuk lunak dan hangat. Kurangi makanan yang berbumbu
pedas, bergas seperti kol, nangka dan lain-lain.
2.1.4.2 Bila selesai makan,
beristirahatlah sebentar, berilah lambung anda waktu untuk menurunkan atau
mengurangi rasa nyeri.
2.1.4.3 Pada penderita gastritis
disarankan jangan terlalu banyak berfikir untuk menghindari stress, faktor
stres ini dihindari secepat mungkin tanpa obat seperti meditasi atau menekuni
hobi.
2.1.5
Terapi Pengobatan Medis Penyakit Gastritis.
Secara medis obat-obatan yang biasa
digunakan untuk mengatasi gejala sakit lambung adalah antasid, karena antasid
dirancang untuk membantu melawan pengaruh merusak yang begitu kuat dari asam
hidroklorida yang diproduksi di dalam lambung. Antasid, seperti halnya
obat-obat yang lainnya, dapat menimbulkan efek samping.
Antasida yang berisi aluminium dan
magnesium dan karbonat kalsium dan magnesium. Dengan pemberian antasid tadi
maka suasana asam dalam lambung dapat dikurangi. Obat-obat ini dapat
menghasilkan efek samping seperti diare atau sembelit karena dapat mempengaruhi
penurunan rangsangan peristaltik usus.
Obat-obat untuk gastritis umumnya
dimakan 2jam sebelum dan sesudah makan. Adapun tujuan obat tersebut di minum 2
jam sebelum makan adalah untuk menetralisir asam lambung karena pada saat
tersebut penumpukan asam di dalam lambung sudah cukup banyak dan pada orang
yang menderita maag di dalam lambungnya telah terjadi luka-luka kecil di
dinding lambung yang apabila terkena asam dalam jumlah yang cukup banyak akan
menimbulkan keluhan perih sedangkan obat yang diminum 2 jam sesudah makan
bertujuan untuk melindungi dinding lambung dari asam yang terus diproduksi.
Selama 2 jam sesudah makan asam yang ada di lambung akan terpakai untuk
mencerna makanan shingga ternetralisir dan tidak melukai dinding lambung namun
setelah 2 jam lambung akan segera kembali memproduksi asam padahal makanan yang
telah di cerna lambung sudah mulai kosong dam masuk ke usus (Hendra // www.Sehat-Bugar.com).
2.1.6 Cara Pencegahan Penyakit
Medis Gastritis.
2.1.6.1 Biasakan makan secara teratur
dan sesuai jadwal, makanlah dengan tenang dan tidak terburu-buru, jangan makan
makanan yang terlalu panas atau dingin karena dapat menimbulkan rangsangan pada
lambung, mengkonsumsi makanan yang mudah di cerna, jangan biarkan lambung
kosong terlalu lama dan jangan makan berlebihan, kurangi makanan yang pedas dan
asam seperti acar, kari lada, kafein dan makanan yang dapat merangsang sekresi
lambung seperti kangkung, kol dan nangka.
2.1.6.2
Hindari Rokok
Ada banyak sekali metode yang biasa
dipakai untuk mendorong perokok agar dapatmenghilangkan kebiasaan itu. Misalnya
buatlah catatan harian untuk mengetahui berapa banyak uang yang anda habiskan
untuk membeli sebuah rokok sehingga kita atau pengeluaran sehari-hari.
Yakinkanlah diri anda untuk dapat berhenti merokok.
2.1.6.3
Hindarilah minum minuman yang berakohol, kopi, teh kental.
2.1.6.4
Berolah Raga teratur.
2.1.6.5 Kendalikan stress dam emosi
dengan baik. Stres dan ketegangan kini menjadi suatu bagian integral dari
kehidupan agar dapat mengatasi secara efektif, harus mahami ambisi, rasa takut
dan kecemasan. Suatu kesadaran pribadi akan membuat anda mempunyai bekal yang
jauh lebih untuk menghadapi perubahan dan stres.
2.1.6.6 Pola tidur yang teratur dan
usahakan dapat beristirahat yang cukup, pada malam hari usahakan dapat tidur
minimal 8 jam dan siang hari dapat beristirahat dengan rilek selama 1 jam.
2.1.6.7 Mengkonsumsi obat sakit maag
yang biasanya bersifat antasid yang dimana dapat menurunkan keasaman cairan
dilambung dengan cara menaikan Ph, sehingga untuk sementara gejala sakit akan
hiang. Namun kesembuhan tersebut bersifat sementara karena lambung masih lemah
akibat erosi, serta belum seimbangnya produksi kelenjar-kelenjar lambung.
2.1.6.8 Dianjurkan minum susu, karena
selain bisa menetralkan asam lambung yang berlebihan, susu juga banyak
mengandung protein dan kalsium yang sangat berguna dalam pergantian sel-sel
jaringan tubuh.
2.2 Remaja
2.2.1
Pengertian Remaja
Remaja
didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Batasan usia Remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Remaja
menurut BKKBN adalah penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 10-19 tahun
dan belum menikah. Sedangkan menurut WHO adalah penduduk laki-laki atau
perempuan yang berusia 15- 24 tahun ( BKKBN, 2003).
2.2.2 Pola Makan dan Batasan Remaja
Remaja juga merupakan kelompok yang rentan terhadap
pengaruh lingkungan, dapat mempengaruhi gaya hidup remaja termasuk kebiasaan
mengkonsumsi makanan.
Studi
terakhir di Amerika Serikat memperlihatkan setengah dari remaja wanita memiliki
kebiasaan makan yang tidak sehat. Misalnya, tidak makan seharian, makan hanya
sedikit, menggunakan makanan pengganti (makanan cair atau minuman pengganti
makanan), dan melewatkan sedikitnya satu kali waktu makan. Selain itu, mereka
juga merokok dengan tujuan memertahankan berat badan. Pada remaja pria,
persentasenya lebih rendah, yaitu satu banding tiga. Pola makan dan kebiasaan
buruk ini, menurut ahli, akan terus berlanjut hingga mereka dewasa nanti
(kompas.com).
Remaja
paling sering menjadi korban makanan tidak sehat seperti minuman bersoda, junk
food atau makanan berpengawet lainnya. Dan bila saat remaja tidak dikontrol dengan
baik, kebiasaan makan tersebut bisa bertahan hingga dewasa.
Sebuah studi baru menemukan bahwa pola diet dan praktik makan tidak sehat yang dimulai sejak masa remaja sering terus berlanjut hingga usia dewasa. Hal ini berarti anak harus selalu diajarkan makanan sehat terutama memasuki usia remaja.
Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa upaya awal dan berkelanjutan ditujukan untuk pencegahan, identifikasi dini dan pengobatan perilaku makan teratur pada orang muda (Medinda:2011).
Sebuah studi baru menemukan bahwa pola diet dan praktik makan tidak sehat yang dimulai sejak masa remaja sering terus berlanjut hingga usia dewasa. Hal ini berarti anak harus selalu diajarkan makanan sehat terutama memasuki usia remaja.
Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa upaya awal dan berkelanjutan ditujukan untuk pencegahan, identifikasi dini dan pengobatan perilaku makan teratur pada orang muda (Medinda:2011).
Batasan
remaja menurut WHO: Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati sebagai berikut:
2.2.2.1
Masa remaja awal /dini (Early adolescence) umur 11-13
tahun.
2.2.2.2
Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14
-16 tahun.
2.2.2.3
Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-20
tahun.
2.2.3 Menurut ciri perkembangannya masa remaja dibagi menjadi tiga periode:
2.2.3.1 Masa Remaja Awal ( 10-12 tahun), Ciri khasnya :
2.2.3.1.1 Lebih dekat dengan
teman sebaya.
2.2.3.1.2 Ingin Bebas
2.2.3.1.3 Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir abstrak.
2.2.3.2 Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), ciri
khasnya :
2.2.3.2.1 Mencari identitas diri.
2.2.3.2.2 Timbulnya keinginan untuk kencan.
2.2.3.2.3 Punya rasa cinta yang mendalam
2.2.3.2.4 Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
2.2.3.2.5 Berkhayal tentang aktivitas seks.
2.2.3.3 Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), ciri khasnya :
2.2.3.3.1 Pengungkapan kebebasan diri.
2.2.3.3.2 Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.
2.2.3.3.3 Punya citra jasmani diri.
2.2.3.4. Dapat mewujudkan rasa cinta.
2.2.3.5 Mampu berfikir abstrak.
(BKKBN,
2003)
2.3
Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan
adalah merupakan hasil dari tahudan ini terjadi setelah orang telah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra menusia yakni indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besarpengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2010).
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara
garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu ( Notoadmodjo, 2010) :
2.3.2.1
Tahu ( know )
Tahu di artikan sebagai mengingat materi
yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifikdari bahan yang di pelajari atau
rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2.3.2.2
Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
contohnya adalah menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
2.3.2.3
Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi (
sebenarnya ). Aplikasi ini dapat di artikan aplikasi atau penggunaan
hukuk-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi
yang lain.
2.3.2.4
Analisa ( Analsis )
Analisi adalah suatu kemampuan untuk
menjelaskan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebutdan masih ada kaitanya satu sama lainnya.
Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerjaseperti dapat
menggambarkan ( membuat bagan ).
2.3.2.5
Sintesis ( Synthesis )
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu merupakan kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang adamisalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas dan menyesuaikan terhadap teori atau rumus yang
ada.
2.3.2.6
Evaluasi ( Evaluasi )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat di lakukuan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang di ukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur, dapat kita sesuaiakn dengan singkatan tersebut diatas.
2.3.3
Penilaian pengetahuan
Pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner. Pada pertanyaan
positif jawaban ya di beri nilai 1 dan jawaban tidak diberi
nilai 0. Pada pertanyaan negatif setiap jawaban ya diberi nilai 0 dan
jawaban yang tidak diberi nilai 1
Mean =
Keterangan:
Mean = rata-rata hitung sampel
Xi = nilai dalam suatu sampel
n = Jumlah sampel
Kategori :
Tinggi : ≥ Mean
Rendah :
< Mean
2.4 Sikap
2.4.1
Pengertian Sikap
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapatdan
emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak
baik, dan sebagainya). Sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan
gejala kejiwaan yang lain (Notoadmodjo, 2010).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari sesesorang terhadap suatu stimulus atau objek.(Notoadmodjo, 2007:
142).
Komponen pokok sikap :
Menurut allport
dalam Notoadmodjo 2010, sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :
2.4.1.1 Kepercayaan
atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan,
pendapat atau pemikiran sesorang terhadap objek.
2.4.1.2 Kehidupan
emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaiman penilaian orang
tersebut terhadap objek.
2.4.1.3 Kecendrungan
untuk bertindak, artinya sikap adalah merupakan komponenm yang mendahului
tindakan atau prilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk
bertindak atau berprilaku terbuka.
2.4.2.
Tingkat Sikap
Seperti
halnay pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan
intensitasnya, sebagai berikut :
2.4.2.1 Menerima
(receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau
menerima stimulus yang diberikan (objek).
2.4.2.2
Menanggapi (responding)
Menggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
2.4.2.3 Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang
memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti
membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespon.
2.4.2.4
Bertanggung jawab (responsibel)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah
bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah
mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya,dia harus berani mengambil
resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya resiko lain.
2.4.3
Pengukuran Sikap
Sikap diukur
dengan skala likert. Jawaban setiap pertanyaan
positif mempunyai gradasi : Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, setuju (S)
diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat tidak setuju (STS)
diberi nilai 1, sedangkan untuk pertanytaan negatif mempunyai gradasi : Sangat
setuju (SS) diberi nilai, setuju (S) diberi nilai 2, tidak setuju (TS) diberi
niali 3, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 4.
Hasil Perhitungan persentase dimasukkan dalam kriteria
standar objektif yaitu berdasarkan teori dari setiap aspek dan kriteria
T = 50 + 10
Keterangan:
T=
Skor sikap responden
X=Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah
menjadi skor T
X̅= Mean skor kelompok
S= Deviasi standar skor kelompok
Setelah dijumlahkan skor masing-masing responden akan dibagi
menjadi 2 kategori :
Positif :
Skor T ≥ Mean
Negatif : Skor T
< Mean
2.5
Alur Fikir
Gastritis
merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat
mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan dalam saluran
pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada
lambung ( Sukarmin, 2012:147 ).
Berdasarkan
urain diatas, kita perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang gastritis yang
meliputi pengertian, faktor pencetus, tanda dan gejala, pencegahan,
penatalaksanaan, dan komplikasi gastritis. Dengan pengetahuan yang baik maka
diharapkan siswa dapat melakukan tindakan pencegahan dan perawatan gastritis. Dilihat dari kerangka teori maka peneliti membatasi
penelitian ini sebatas menggambarkan
pengetahuan dan sikap siswa tentang penyakit gastritis dengan alur fikir :
Tinggi
|
Siswa kelas XII
|
Pengtahuann
|
Sikap
|
Sedang
|
Rendah
|
Positif
|
Negatif
|
2.6 Defenisi Operasional
No
|
Variabel
|
Defenisi
Operasinal
|
Cara
Ukur
|
Alat
Ukur
|
Skala
Ukur
|
Hasil
Ukur
|
1
|
Pengetahuan
· Pengertian
· Penyebab
|
Segala
sesuatu yang dipahami oleh siswa tentang gastritis, meliputi:
Gastritis
merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat
mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan dalam saluran
pencernaan.
Yang
menjadi penyebab gastritis adalah pola makan yang tidak teratur, mengkonsumsi
rokok dan alkohol serta stres yang berlebihan.
|
Angket
Angket
Angket
|
Kursioner
Kursioner
Kursioner
|
Ordinal
Ordinal
Ordinal
|
Tinggi :
≥
mean
Rendah :
<
mean
Tinggi :
≥
mean
Rendah :
< mean
Tinggi :
≥
mean
Rendah :
< mean
|
· Tanda dan
gejala
· Perawatan
· Pengobatan
|
Gejala
yang ditimbulkan oleh penyakit gastris adalah mual, muntah, perut kembung,
nafsu makan menurun, susah tidur.
Cara
perawatan gastritis di rumah adalah dengan makan teratur, tidak makan makanan
pedas atau mengendung bumbu, jika merasakan nyeri segera berikan kompres
hangat dan bila selesai makan hendaklah istirahat terlebih dahulu, janganlah
terlalu banyak berfikir.
Untuk
mengatasi gejala sakit gastritis sebaiknya menggunakan obat yang bersifat
antasid minum pada waktu sebelum dan sesudah makan.
|
Angket
Angket
Angket
|
Kursioner
Kursioner
Kursioner
|
Ordinal
Ordinal
Ordinal
|
Tinggi :
≥
mean
Rendah :
< mean
Tinggi :
≥
mean
Rendah :
< mean
Tinggi :
≥
mean
Rendah :
< mean
|
2
|
· Pencegahan
Sikap
|
Biasakan
makan secara teratur dan terjadwal, hindari mengkonsumsi alkohol, rokok,
kopi, teh kental dan berolah raga secara teratur, kendalikan stres dan emosi
biasakan istirahat yang teratur.
Respon
siswa Madrasah Aliyah Negri 2 Padang terhadap penyakit gastritis
|
Angket
Angket
|
Kursioner
Kursioner
|
Ordinal
Ordinal
|
Tinggi :
≥ mean
Rendah :
<
mean
Positif
apabila skore T ≥ mean
Negatif apabila skore T < mean
|
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
deskriptif yaitu memaparkan secara sederhana keadaan objek untuk mendapatkan gambaran
pengetahuan dan sikap siswa gastritis tentang penyakit gastritis di Madrasah
Aliyah Negri 2 Padang pada tahun 2013.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Madrasah
Aliyah Negri 2 Padang. Penelitian ini direncanakan dari bulan Maret - Juni
2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang
akan diteliti. Populasi dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang
ingin diketahui oleh peneliti (Notoatmojo, 1993:75, dalam Setiadi, 2007).
Populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang
ditentukan peneliti (Setiadi, 2007).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XII MAN 2 Padang yang pernah mengalami gangguan pencernaan yaitu sebanyak
43 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih
berdasarkan kemampuan mewakilinya (Setiadi, 2007).
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo,1993:75, dalam
Setiadi, 2007).
Sampel dalam penelitian
ini merupakan keseluruhan dari populasi yang akan
diambil yaitu yang
pernah mengalami gangguan pencernaan pada kelas XII sebanyak 43 orang.
3.3.2.1
Besar Sampel
Besarnya sampel pada penelitia ini adalah 43 orang siswa.
3.3.2.2
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini total sampling. Dimana
semua populasi dijadikan sampel.
3.4 Teknik Pengumpulan
Data dan Jenis Pengumpulan Data
3.4.1
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan responden dan diberi
penjelasan tentang persetujuan responden,setiap responden berhak menjadi
responden,kemudian kuisioner dibagikan pada masing-masing responden dan diisi
langsung ditempat.
3.4.2
Jenis Pengumpulan Data
3.4.2.1
Data Primer
Data primer meliputi pengetahuan dan sikap tentang
penyakit gastritis yang diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa kuersioner yang disesuaikan dengan kebutuhan responden yang
diteliti dengan .
a. Menjelaskan
tentang penelitian dan tujuan penelitian
b. Menjelaskan
tentang format persetujuan responden
c. Angket
diberikan kepada responden untuk dipelajari terlebih dahulu, apabila sudah
mengerti responden dipersilahkan mengisinya.
d. Setelah
selesai, angket dikumpulkan kembali kepada peneliti.
3.4.2.2 Data Sekunder
Data
yang diperoleh peneliti dari kepala sekolah, guru, staf pengajar yang ada di
MAN 2 Padang dan siswa yang bermasalah dengan lambung.
3.5 Teknik Pengolahan
Data
Data diperiksa setelah diisi dengan benar dan semua item sudah
dijawab oleh responden. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai
berikut (Setiadi, 2007) :
a) Editting
/ memeriksa
Adalah memeriksa daftar
pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden.
Setelah kuisioner diisi dan dikembalikan oleh responden,
langsung dilakukan pemeriksaan kembali untuk melihat apakah tidak ada kesalahan
dalam pengisian kursioner.
b) Memberi
tanda kode / koding
Adalah mengklasifikasikan
jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori, yang biasanya klasifikasi
dilakukan dengan memberi kode pada masing-masing jawaban.
c) Entry
data
Jawaban yang sudah diberi
kode kemudian dimasukan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.
d) Cleaning
Pembersihan data, lihat
variabel apakah syudah benar atau belum.
3.6
Analisa Data
Data yang
telah disajikan dalam bentuk tabel kemudian di analisa dan diklasifikasikan
dalam beberapa kelompok menurut variabel penelitian. Pengolahan data hasil
penelitian menggunakan kategori yang telah ditentukan. Dimana untuk skor setiap
kuesioner jawaban yang benar diberi 2, nilai 1 untuk jawaban yang mendekati
benar dan jawaban yang salah 0.
Analisa data
dilakukan secara univariat. Analisis univariat dilakukan pada masing-masing
variable tingkat pengetahuan dan sikap menggunakan statistic deskriptif yaitu
distribusi frekuensi.
Untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean), digunakan rumus
|
Keterangan :
(
) : Nilai rata-rata
∑Xi : Nilai dalam suatu sampel
n : Total banyaknya pengamatan dalam
satu sampel
Untuk menilai responden pada masing-masing variabel
adalah :
a. Variabel
Pengetahuan
Pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner. Pada pertanyaan
positif jawaban ya di beri nilai 1 dan jawaban tidak diberi
nilai 0. Pada pertanyaan negatif setiap jawaban ya diberi nilai 0 dan
jawaban yang tidak diberi nilai 1
(Aziz,2007).
Mean =
Keterangan:
Mean = rata-rata hitung sampel
Xi =
nilai dalam suatu sampel
n = Jumlah sampel
Kategori
Tinggi :
≥ Mean
Rendah : < Mean
b. Variabel Sikap
diukur dengan skala
likert. Jawaban setiap pertanyaan positif mempunyai gradasi : Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, setuju (S) diberi nilai 3,
tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1,
sedangkan untuk pertanytaan negatif mempunyai gradasi : Sangat setuju (SS)
diberi nilai, setuju (S) diberi nilai 2, tidak setuju (TS) diberi niali 3,
sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 4.
Hasil
Perhitungan persentase dimasukkan dalam kriteria standar objektif yaitu
berdasarkan teori dari setiap aspek dan kriteria
T = 50 + 10
Keterangan:
T= Skor
sikap responden
X=Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah
menjadi skor T
X̅= Mean
skor kelompok
S= Deviasi standar skor kelompok
Setelah dijumlahkan skor masing-masing responden akan dibagi
menjadi 2 kategori :
Positif :
Skor T ≥ Mean
Negatif :
Skor
T < Mean